Politik itu Keji…! Mitos Lama yang Harus Diluruskan

Share This Post :

Politik itu kotor, licik, penuh tipu daya.

Kalimat ini sering kita temukan, terutama dikalangan orang tua (ibu-bapak kita) yang tidak bersentuhan langsung dengan politik, kemudian di kalangan anak muda yang tidak dalam bersentuhannya dengan politik (ramai ketika anak muda seusianya sedang demo, ia ikut-ikutan), bahkan keluar juga dari para aktivis politik (baik kampus dan non kampus) yang mereka belum mencoba menalar lebih jauh tentang apa itu politik. Politik diterjemahkan oleh mereka atas apa yang mereka lihat hari ini atau fakta (kotor, saling tikam, saling menjatuhkan, persaingan dll).

Akibatnya, banyak masyarakat justru menjauhi politik, bahkan mengutuk mereka yang ada di politik. Bahkan sampai ada ungkapan “malaikat pun ketika berada di politik akan menjadi iblis bayangkan betapa ngerinya persepsi politik. Padahal disanalah keputusan-keputusan penting tentang hidup kita diambil.

Politik sering dimaknai sempit ‘hanya sekedar perebutan kekuasaan’ semata. Padahal dalam ilmu politik definisinya jauh lebih luas dan bermakna. Seorang Filsuf Yunani seperti Aristoteles misalnya mendefinisikan politik sebagai upaya / usaha mencapai kebaikan bersama melalui pengelolaan negara. Menurut Aristoteles juga manusia adalah makhluk politik – karena kita hidup berkelompok dan membutuhkan sistem yang mengatur hak, kewajiban dan keputusan publik.

Dibanyak buku-buku pengantar ilmu politik, politik didefinisikan sebagai cara mengatur kehidupan bersama untuk mencapai kebaikan bersama (bonum commune).

Dari definisi-definisi di atas kita bisa simpulkan persepsi keji itu terjadi pada fakta politik yang terjadi atau akibat oknum-oknum politik bukan pada ilmunya.

Mengapa persepsi ini bisa begitu mengakar di masyarakat? ada beberapa faktor:

  1. Minimnya pendidikan politik sejak dini. Banyak orang tidak pernah belajar apa itu politik secara benar. Mereka hanya menyimpulkan (berasumsi atas) fakta-fakta politik yang terjadi dan dikuatkan oleh masyarakat lain (yang secara asumsi sama) sehingga muncullah persepsi keji.
  2. Pemberitaan media yang dominan negatif. Skandal korupsi lebih sering diekspos ketimbang prestasi kebijakan publik. Perseteruan politisi lebih sering diliput dan seterusnya.
  3. Dominasi elit politik yang tertutup. Banyak rakyat merasa tidak punya akses atau relevansi terhadap keputusan politik. 

Padahal ketika politik dijalankan dengan prinsip etika, transparansi dan akuntabilitas, ia bisa menjadi alat transformasi yang luar biasa. Kebijakan yang adil, pendidikan gratis, jaminan kesehatan—semua itu hasil dari proses politik yang benar.

Sudah saatnya kita mengubah cara pandang. Politk bukan panggung kejahatan, tapi medan perjuangan nilai.

Yang harus kita lakukan adalah:

  1. Menguatkan pendidikan politik secara personal dan menyebarluaskannya kepada masyarakat.
  2. Terlibat aktif dalam proses politik baik di dalam dan di luar ataupun secara langsung atau tidak langsung.
  3. Jika terlibat dalam proses politik pastikan prinsip etika, transparansi dan akuntabilitias menjadi prinsip yang utama.

Masyarakat yang cerdas secara politik akan menjadi penjaga demokrasi yang sehat.

Politik bukan keji – ia menjadi saat dijalankan oleh orang yang salah dengan cara yang salah. Tapi di tangan yang tepat, politik adalah alat untuk menghadirkan keadilan, kesejahteraan, dan perubahan nyata. Mari berhenti mengutuk politik, dan mulai melek serta terlibat di dalamnya.

Owner Mi Studio. Digital Marketing Enthusiast. Digitalpreneur.

Hello I am Yogi, Owner at Mistudio.id. Also a Digital Marketing Enthusiast, Thanks for visiting this website, for more inquiries you can reach me at

© 2023 By Yogi Gustaman. All rights reserved.